
Aku tidak tahu lagi bagaimana membunuh rasa ini terhadapmu. Sungguh, setiap hari semakin terus saja rasa itu menguasai otak dan hatiku. Siapa peduli? Tidak ada, bahkan tidak juga kamu.
Harapanku tidak pernah terlalu tinggi selain hanya bisa mengenalmu dengan lebih baik. Hanya saja aku dan kamu seakan terhalang oleh suatu sekat yang tidak pernah terlihat, tetapi nyata. Dan lebih sakit rasanya ketika harus mencintaimu dalam diam.
Sepotong kisah malam itu tetap melekat dalam ingatanku. Yah, semuanya masih sama, masih berkisah tentang kamu. Senyum itu sengaja aku curi pada malam itu, mengabadikannya dalam goresan kecil dalam buku catatanku, kemudian menguncinya utuh dalam ingatanku. Hanya saja, kamu tidak pernah tau itu.
Tanah itu masih basah, hujan telah menenggelamkan senja hingga tak ada lagi kemilau keemasan yang menakjubkan itu. Lalu malam dengan angkuh menggeser senja yang sendu itu. Dan pada malam itulah aku kembali menemukanmu.
"Kiiara, duduklah."
Sedikit gemetar, dan untuk pertama kalinya aku pun duduk disampingmu.
"Aku senang kamu ada disini."
"Maksudmu?"
"Kita suah lama bertetangga, tetapi tidak pernah saling sapa."
Kamu tahu, saat itu aku hampir-hampir tidak percaya. Kamu, ah semoga saja ini bukan mimpi.
oh begitu menghanyutkan
BalasHapusCeritanya enggak atau belum selesai kakak? Hayuuu ahhh mau baca lagii
BalasHapusbelum selesai.. Hehe, tunggu saja.
BalasHapusBurhan@ terimakasih..