Tuhan, aku tahu manusia itu tempatnya salah dan dosa. Ya, kata orang itu memang kodratnya. Tetapi, apa iya setiap orang harus selalu salah. Apa tidak ada tempat bagi seseorang untuk sedikit menjadi benar. Oh tidak, jika benar itu berlebihan, setidaknya ada beberapa waktu untuknya agar menjadi orang baik.
Gadis itu asyik memainkan penanya pada sebuah daun yang jatuh di dekatnya. Dia adalah seorang gadis yang tidak suka banyak bicara, ia lebih suka mencurahkan isi hatinya lewat tulisan, meski baru kali ini ia menuliskannya di lembar daun-daun itu.
Biasanya, setiap kali ia merasa tidak baik, ia akan menuliskannya pada akun jejaring sosialnya. Tetapi, hari ini beda, ia malas berurusan dengan akun facebooknya itu. Dia bukan sosok orang yang setiap waktu meng-update statusnya, hanya disaat-saat tertentu disaat ia tak bisa lagi mengucapkannya dengan kata-kata. Lalu ia akan menuliskannya lewat facebook atau apa lah yang lainnya. Kata-kata yang mungkin sedikit sensitif itu tidak pernah bermaksud untuk apa pun, sederhana saja sebenarnya ia membutuhkan dukungaan dari orang lain, dan bukan sebaliknya.
Tetapi, tidak. Ia tidak akan menuliskannya lagi lewat status-status di facebooknya. Itu pun menurut orang lain masih tetap salah. Lalu apa lagi yang harus dilakukan gadis kecil itu? Kemerdekaan di jejaring sosial pun ia tetap tak bisa memilikinya.
Ia teringat sore itu.
"Apa sih maksud dari status-statusmu itu. Kamu itu harus tahu tempat dong, facebook itu bisa dibaca oleh ribuan orang. Hal yang sentimentil itu tidak perlu diumbar-umbar lewat facebook seperti itu. Aku jelas tahu apa yang kamu maksud dengan status itu."
"Aku hanya menulis mbak, apa yang aku rasa, tidak lebih" jawab gadis itu.
"Kamu tahu, apa yang kamu tulis itu untuk mengkritik kita kan? Ngomong secara langsung kenapa sih."
"Maaf mbak, ya mungkin saya memang salah."
"Siapa mengkritik siapa" ucap gadis itu pada dirinya sendiri. "Aku hanya bercerita, mungkin aku salah."
Tulisan itu hanya sebatas ini Ketika aku tampak bersemangat, aku kira yang lain tidak begitu.. Dan efeknya terlalu luar biasa.
Mungkin bagi sebagian orang ini terlalu sederhana, dan cerita ini terlalu mendramatisir. Tetapi mungkin hati gadis itu terlalu sensitif. Dan kata-kata seperti itu pun cukup membuatnya bersedih.
Lalu sore ini ia telah selesai menuliskan unek-uneknya pada daun jambu kering yang tidak sengaja jatuh di dekatnya. Tidak untuk ia simpan, hanya sedikit membuang kesedihan. Setidaknya ia merasa lega, dan tidak menaruh hal yang negatif sedikitpun terhadap yang kemarin memarahinya.
Semuanya selesai. Biarkan saja daun itu terbaca oleh orang lain. Toh daun itu pun anonim. Tidak akan ada yang tahu, dan tidak akan menimbulkan masalah tentunya. Tulisan itu tujuannya memang untuk dibaca oleh orang lain
Gadis itu asyik memainkan penanya pada sebuah daun yang jatuh di dekatnya. Dia adalah seorang gadis yang tidak suka banyak bicara, ia lebih suka mencurahkan isi hatinya lewat tulisan, meski baru kali ini ia menuliskannya di lembar daun-daun itu.
Biasanya, setiap kali ia merasa tidak baik, ia akan menuliskannya pada akun jejaring sosialnya. Tetapi, hari ini beda, ia malas berurusan dengan akun facebooknya itu. Dia bukan sosok orang yang setiap waktu meng-update statusnya, hanya disaat-saat tertentu disaat ia tak bisa lagi mengucapkannya dengan kata-kata. Lalu ia akan menuliskannya lewat facebook atau apa lah yang lainnya. Kata-kata yang mungkin sedikit sensitif itu tidak pernah bermaksud untuk apa pun, sederhana saja sebenarnya ia membutuhkan dukungaan dari orang lain, dan bukan sebaliknya.
Tetapi, tidak. Ia tidak akan menuliskannya lagi lewat status-status di facebooknya. Itu pun menurut orang lain masih tetap salah. Lalu apa lagi yang harus dilakukan gadis kecil itu? Kemerdekaan di jejaring sosial pun ia tetap tak bisa memilikinya.
Ia teringat sore itu.
"Apa sih maksud dari status-statusmu itu. Kamu itu harus tahu tempat dong, facebook itu bisa dibaca oleh ribuan orang. Hal yang sentimentil itu tidak perlu diumbar-umbar lewat facebook seperti itu. Aku jelas tahu apa yang kamu maksud dengan status itu."
"Aku hanya menulis mbak, apa yang aku rasa, tidak lebih" jawab gadis itu.
"Kamu tahu, apa yang kamu tulis itu untuk mengkritik kita kan? Ngomong secara langsung kenapa sih."
"Maaf mbak, ya mungkin saya memang salah."
****
Tulisan itu hanya sebatas ini Ketika aku tampak bersemangat, aku kira yang lain tidak begitu.. Dan efeknya terlalu luar biasa.
Mungkin bagi sebagian orang ini terlalu sederhana, dan cerita ini terlalu mendramatisir. Tetapi mungkin hati gadis itu terlalu sensitif. Dan kata-kata seperti itu pun cukup membuatnya bersedih.
Lalu sore ini ia telah selesai menuliskan unek-uneknya pada daun jambu kering yang tidak sengaja jatuh di dekatnya. Tidak untuk ia simpan, hanya sedikit membuang kesedihan. Setidaknya ia merasa lega, dan tidak menaruh hal yang negatif sedikitpun terhadap yang kemarin memarahinya.
Semuanya selesai. Biarkan saja daun itu terbaca oleh orang lain. Toh daun itu pun anonim. Tidak akan ada yang tahu, dan tidak akan menimbulkan masalah tentunya. Tulisan itu tujuannya memang untuk dibaca oleh orang lain
Komentar
Posting Komentar