Sebenarnya Ia sendiri juga tidak mengerti dengan rasa yang selalu mengganggunya. Terkadang Ia terlalu putus asa untu membiarkan rasa itu untuk Dia. Terkadang Ia juga tak bisa membendung segala harapannya untuk Dia.
"Kebetulan" memang terkadang menyakitkan. Ketidaksengajaan bisa saja membuat seseorang berharap, terlalu berharap malah. Tetapi sebenarnya itu hanya sebatas kebetulan saja, dan tidak lebih. Sayangnya, Ia hanya mendapatkan tempat satu tingkat dibawah Dia. Ah, satu tingkat pun Ia dapatkan hanya dalam kebetulan semata, tidak pernah secara sengaja. Apakah itu takdir, atau hanya sangkut-paut yang dihubung-hubungkan?
Keterlaluan memang, jika Ia sudah berharap sampai sejuh ini, dan semuanya memang hanya sebatas maya. Lalu, siapa lagi yang akan menjaga perasaannya? Ketika yang paling Ia jaga pun tak pernah mengacuhkannya. Satu tingkat itu, adalah tempat dimana Ia tidak pernah berhenti memperhatikan Dia. Tidak perlu terlalu dekat, karena itu pun tidak mungkin Ia dapatkan. Ia cukup berada satu tingkat dibawahnya dengan setia menghapus segala jejak tentangnya.
"Bisakah aku memiliki senyum itu?" ucap Ia untuknya.
"Ah, sayangnya itu tak mungkin. Tempatku ada disini. Dan aku hanya sebatas bayang-bayang." imbuhnya lagi.
"Satu tingkat dibawahmu, aku rasa ini menyenangkan sekaligus menyedihkan. Ketika setiap jejakmu telah aku hapus, lalu aku sendiri meninggalkan jejak tentang bagaimana aku terlalu rindu kepadamu."
Lalu akan berujung kemanakah rasa yang Ia ciptakan untuk Dia? Ketika semua yang terjadi hanya sebatas kebetulan semata. Kebetulan yang akhirnya membuat Ia memendam harapan yang entah sia-sia atau tidak. Jarak antara Ia dan Dia hanya satu tingkat, namun itu pun tak lantas menjadikannya dekat. Suatu ketika, mungkin mereka bisa saling mencinta, lewat kotak imagine masing-masing. Harapan itu akan selalu ada, selanjutnya biarkan Tuhan yang menunjukkan apa yang terbaik.
"Kebetulan" memang terkadang menyakitkan. Ketidaksengajaan bisa saja membuat seseorang berharap, terlalu berharap malah. Tetapi sebenarnya itu hanya sebatas kebetulan saja, dan tidak lebih. Sayangnya, Ia hanya mendapatkan tempat satu tingkat dibawah Dia. Ah, satu tingkat pun Ia dapatkan hanya dalam kebetulan semata, tidak pernah secara sengaja. Apakah itu takdir, atau hanya sangkut-paut yang dihubung-hubungkan?
Keterlaluan memang, jika Ia sudah berharap sampai sejuh ini, dan semuanya memang hanya sebatas maya. Lalu, siapa lagi yang akan menjaga perasaannya? Ketika yang paling Ia jaga pun tak pernah mengacuhkannya. Satu tingkat itu, adalah tempat dimana Ia tidak pernah berhenti memperhatikan Dia. Tidak perlu terlalu dekat, karena itu pun tidak mungkin Ia dapatkan. Ia cukup berada satu tingkat dibawahnya dengan setia menghapus segala jejak tentangnya.
"Bisakah aku memiliki senyum itu?" ucap Ia untuknya.
"Ah, sayangnya itu tak mungkin. Tempatku ada disini. Dan aku hanya sebatas bayang-bayang." imbuhnya lagi.
"Satu tingkat dibawahmu, aku rasa ini menyenangkan sekaligus menyedihkan. Ketika setiap jejakmu telah aku hapus, lalu aku sendiri meninggalkan jejak tentang bagaimana aku terlalu rindu kepadamu."
Lalu akan berujung kemanakah rasa yang Ia ciptakan untuk Dia? Ketika semua yang terjadi hanya sebatas kebetulan semata. Kebetulan yang akhirnya membuat Ia memendam harapan yang entah sia-sia atau tidak. Jarak antara Ia dan Dia hanya satu tingkat, namun itu pun tak lantas menjadikannya dekat. Suatu ketika, mungkin mereka bisa saling mencinta, lewat kotak imagine masing-masing. Harapan itu akan selalu ada, selanjutnya biarkan Tuhan yang menunjukkan apa yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar